5 Januari 2012

kisah abu dzar al ghifari

KISAH abu dzar al ghifari

Abu Dzar Al – Ghifari merupakan salah satu dari Assabiqunal Awwalun bahkan ia diperkirakan orang ke-5 atau ke-6 yang pertama kali masuk Islam. Al – Ghifari merupakan julukan bagi Abu Dzar karena ia berasal dari daerah Ghifar. Sedangkan nama aslinya adalah Jundub bin Janadah. Ghifar merupakan salah satu nama kabilah yang gemar melakukan perjalanan yang jaraknya sangat jauh dan tiada tandingannya baik dalam jarak tempuh maupun keberaniannya.
Tersebar berita di kampung Bani Ghifar, bahwa telah muncul di kota Makkah seorang yang mengaku sebagai utusan Allah dan mendapat berita dari langit. Serta merta berita ini sangat mengganggu penasaran Abu Dzar, sehingga dia mengutus adik kandungnya bernama Unais Al Ghifari untuk mencari berita ke Makkah. Unais sendiri adalah seorang penyair yang sangat piawai dalam menggubah syair-syair Arab.
Berangkatlah Unais ke Makkah untuk mencari tau apa sesungguhnya yang terjadi di Makkah berkenaan dengan berita kemunculan utusan Allah itu. Dan setelah beberapa lama, kembalilah Unais kekampungnya dan melaporkan kepada Abu Dzar tentang yang dilihat dan didengar di Makkah berkenaan dengan berita tersebut. Ditanyakan oleh Abu Dzar kepada Unais : “Apa yang telah kamu lakukan ?”, tanyanya. Unais menjelaskan : “Aku sungguh telah menemui seorang pria yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan yang jelek”.
Abu Dzar bertanya lagi : “Apa yang dikatakan orang-orang tentangnya ?”. Unais menjawab : “Orang-orang mengatakan, bahwa dia adalah tukang sya’ir, tukang tenung, dan tukang sihir. Tetapi aku sesungguhnya telah biasa mendengar omongan tukang tenung, dan tidaklah omongannya serupa dengan omongan tukang tenung. Dan aku telah membandingkan omongan darinya dengan omongan para tukang sya’ir, ternyata amat berbeda omongannya dengan bait-bait sya’ir. Demi Allah, sesungguhnya dia adalah orang yang benar ucapannya, dan mereka yang mencercanya adalah dusta”.
Mendengar laporan dari Unais itu, Abu Dzar lebih penasaran lagi untuk
bertemu sendiri dengan Rasulullah SAW. Ia menyamar menjadi seorang yang sedang thawaf mengelilingi berhala, menjadi musafir tersesat, dsb. Apabila ia mendengar ada orang yang sedang menyebut nama Muhammad, maka ia akan bersegera untuk menghampirinya agar mendapatkan petunjuk di mana beliau berada. Setelah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, Abu Dzar langsung meminta Rasulullah untuk membacakan syair yang dibicarakan oleh banyak orang, namun membenarkan bahwa itu bukanlah syair yang dibuatnya melainkan firman Allah SWT. Dan begitu Nabi membacakan ayat – ayat Allah tersebut, Abu Dzar segera mengucapkan syahadat. Nabipun takjub dengan apa yang telah dilakukan oleh Abu Dzar terlebih lagi setelah mengatahui bahwa ia berasal dari Ghifar.
Rasulullah makin menyadari kebesaran Allah setelah peristiwa ini, karena Allah sungguh akan memberikan petunjuk kepada siapa yang disukai atau dikehendaki-Nya berdasarkan sabda beliau. Dan orang yang mendapatkan petunjuk Allah akan mendapat kebaikan.
Pada saat Abu Dzar memeluk Islam memang perintah dakwah masih secara sembunyi – sembunyi, sehingga sebelum pulang Abu Dzar dari Mekkah, ia diminta Rasulullah untuk menyimpannya dalam dada mengenai keIslamannya. Nmaun karena jiwanya yang revolusioner dan radikal ia pun tak mampu menahannya dan sebelum ia pergi dari Mekkah, ia meneriakkan keras kalimat syahadat di Masjidil Haram sehingga akibatnya ia dikepung dan dipukuli oleh kaum kafir Quraisy. Ia dibebaskan oleh Paman Nabi yang bernama Abbas melalui diplomasi. Diplomasi tersebut berdasarkan argumen yang logis karena paman Nabi mengingatkan pada kaum Quraisy yang merupakan pedagang yang pasti akan melewati Ghifar dalam perjalannya sehingga apabila mereka menganiaya Abu Dzar akan dapat mengakibatkan kaum Ghifar berang dan akan sangat berisiko bagi kaum Quarisy.
Tak hanya sekali Abu Dzar melakukan hal ini, ia pun kembali melakukan seruan untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW kepada 2 orang wanita yang sedang thawaf mengelilingi berhala. Namun, wanita ini akhirnya berteriak sehingga untuk kedua kalinya ia kembali dipukuli. Nabi pun meminta Abu Dzar untuk kembali pada kaumnya dan menyampaikan ajaran Islam secara sembunyi – sembunyi dan pada saatnya nanti Nabi akan memanggilnya untuk turut serta dalam dakwah sevara terang-terangan.
Ia pun mengikuti perkataan Nabi dan mengajak sebanyak – banyaknya orang untuk memeluk Islam bahkan tak hanya kalangan keluarga dan kaumnya semata, namun suku Aslam juga dapat diajaknya untuk berjuang fi sabilillah. Saat Rasulullah telah hijrah ke Madinah, rombongan Abu Dzar beserta orang – orang yang telah memeluk Islam yang terdiri atas kabilah Ghifar dan Aslam menemui Rasulullah untuk mengucapkan syahadat.
Berkat jasa Abu Dzar inilah nabi menyebutkan dalam sabdanya bahwa takkan dijumpai orang yang lebih benar ucapannya selain Abu Dzar.
Watak Abu Dzar yang sangat keras dan sangat menjunjung yang haq dan memberantas yang bathil melalui ucapannya membuatnya berperan dalam dakwah Islam. Menurutnya, kebenaran yang tidak diucapkan bukanlah sutau kebenaran sehingga ia tidak segan menegur segala jenis kemungkaran yang dilihatnya dengan mata kepalanya sendiri.
Abu Dzar sangat memegang teguh apa yang telah Rasulullah wasiatkan padanya tentang cara menentang penguasa yang menumpuk harta untuk kepentingan pribadinya. Ia sangat ingat bahwa Rasulullah melarangnya untuk menggunakan pedang untuk mengatasi hal semacam itu. Oleh karena itulah, ia menggunakan lisannya yang lebih tajam dari pedang untuk mengingatkan para penguasa yang menumpuk harta untuk kepentingannya pribadi.
Hal seperti ini mulai terjadi pada masa kekhalifahan Ustman bin Affan. Mulai dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang memimpin Syiria hingga abu Musa Al – Asy’ari diingatkan olehnya dengan firman Allah Qs. 9:34-35. Abu Dzar memang sangat menghindari godaan jabatan dan harta kekayaan sehingga ketika ia ditawari jabatan menjadi seorang ia menolaknya. Ketika ia melihat orang yang mengenakan jubah using iapun memberikan 1 potong pakaiannya yang sebenarnya juga tinggal tersisa 2 potong karena ia merasa ada orang yang lebih membutuhkan dibandingkannya.
Pada saat abu Dzar mengalami sakaratul maut, istrinya menangis dan iapun menanyakan mengapa ia menangis. Istrinya menjawab bahwa ia sedih karena tidak tahu bagaimana akan mengkafaninya karena tak ada 1 kainpun yang tersisa. Abu Dzar pun menceritakan kisahnya bersama Rasulullah, beliau bersabda :”Pastilah ada salah seorang di antara kalian yang akan meninggal di padang pasir liar, yang akan disaksikan nanti oleh serombongan orang – orang beriman…!”. Orang yang dimaksud Rasulullah itu benarlah Abu Dzar karena kemudian ada serombongan orang beriman yang lewat padang pasi yang berada di Rabadzah itu yaitu Abdullah bin Mas’ud. Abdullah bin Mas’ud menangis ketika melihat Abu Dzar telah meninggal dunia dan ia membenarkan ucapan Rasulullah pada saat perang Tabuk tentang Abu Dzar :
“Anda berjalan sebatang kara………..Mati sebatang kara……..Dan dibangkitkan nanti sebatang kara………….!”
Rasulullah mengucapkan ini karena pada saat perjalanan menuju medan perang, Abu Dzar dan keledainya tertinggal dengan rombongan lainnya karena kelelahan dari keledainya. Akhirnya, Abu Dzar pun turun dari keledai itu dan memabawa seluruh barang bawaannya di punggungnya untuk bergegas menyusul Rasulullah yang sudah berada jauh di depannya. Ketika Rasulullah melihat Abu Dzar yang berjalan dengan terburu – buru dengan membawa banyak barang di punggungnya, Rasulullah pun tersenyum bahagia karena sungguh ia melihat seorang yang begitu kuat keinginannya untuk berjuang di jalan Allah tanpa ragu dan keengganan sedikitpun karena Rasulullah melihat kegembiraan di wajah Abu Dzar saat ia berlari bergegas menyusul Rasulullah.

0 komentar:

Posting Komentar





 

About Me

Foto Saya
desy mulanda sari
bogor, jawa barat, Indonesia
percayalah semua coban hanyalah gretakan dalam hidup yang harus kita jalani syukuri dan hadapi dengan lapang dada .tidak ada usaha yang terbuang sia sia
Lihat profil lengkapku